Anji Curhat Susahnya Sekolah Daring, Pemerhati Pendidikan Ingatkan Pentingnya Peran Guru & Orang Tua

Musisi Anji Manji membagikan keluh kesahnya terkati sistem pembelajaran secara daring di tengah pandemi Covid 19. Lewat akun Twitter pribadinya, @duniamanji mengatakan, sistem pembelajaran tersebut memiliki persoalan tersendiri. Sekolah daring untuk anak SD, adalah tersedotnya energi orang tua ."

Belum lagi yang Anak Berkebutuhan Khusus atau berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi ," tulis Anji. Diketahui semenjak pandemi Covid 19 melanda Indonesia, sejumlah sektor terkena dampaknya. Sehingga dunia pendidikan yang dipaksa pemerintah dan stakeholder laiinya mencari jalan keluarnya.

Termasuk menerapkan sistem pembelajaran daring atau online sebagai solusinya. Terlepas dari keluhan Anji, pemerhati dunia pendidikan sekaligus Ketua Kampus Guru Cikal (KGC), Bukik Setiawan memberikan pandangannya terkait sistem pembelajaran daring. Bukik mengakui kebanyakan guru maupun orang tua belum siap sepenuhnya dengan sistem baru tersebut.

Padahal kunci keberhasilan dari pembelajaran daring terletak pada peran guru dan orang tua. Bukik melanjutkan, guru dan orang tua memiliki tugas masing masing yang harus diambil untuk mencapai tujuan pembelajaran daring. Ia mengatakan tugas guru lebih banyak pada diagnosis awal, merancang desain pembelajaran, dan melakukan asesmen formatif sumatif

Sedangkan tugas orang tua berfokus pada memandu jalannya proses pembelajaran daring. "Masalahnya, beban orang tua meningkat kalau desain pembelajarannya tidak berkualitas," tegasnya. Kemudian, Bukik membagikan sejumlah indikator yang menggambarkan pembelajaran daring dapat disebut ideal, antara lain:

1. Guru yang kompeten dalam mempraktikkan pembelajaran merdeka belajar. Belajar bukan untuk mengerjakan ujian, tapi menguasai kompetensi. Bukan mengerjakan soal di LKS/buku tugas, tapi tugas yang relevan dengan kehidupan sehari hari. 2. Ada media daring yang menjadi penghubung yang terjangkau dari sisi guru maupun sisi murid dan orang tua.

3. Penggunaan media daring yang efektif, bukan hanya untuk menyampaikan instruksi dan mengumpulkan tugas. Media daring harusnya digunakan untuk: diskusi, refleksi, dan pemberian umpan balik. 4. Kemauan guru untuk memetakan dan memahami kondisi murid dan orang tua sebagai dasar untuk menyusun rencana pembelajaran.

5. Keterlibatan orang tua sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. "Untuk kondisi pandemi, ada catatan khusus: relaksasi tujuan pembelajaran." "Harusnya pembelajaran murid tidak mengejar target kurikulum pada kondisi normal."

"Harusnya pada kondisi pandemi, capaian tidak lebih 50% dari target pada kondisi normal," urai Bukik. Terakhir Bukik meminta guru dan orang tua saling bersinergi mencapai tujuan pembelajaran daring. Dimana guru dapat kembangkan kompetensi untuk terampil merancang desain pembelajaran jarak jauh, termasuk memahami dan melibatkan orang tua murid dan orang tua.

"Dan buat orang tua, proaktif bertanya sekaligus memberi usulan kepada guru tentang bentuk pembelajaran yang lebih relevan dengan kehidupan anaknya di rumah," tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.